Minggu, 05 Maret 2017

Pesantren dan Nasionalisme Kebangsaan



Aktualisasi Perjuangan Pesantren sebagai Benteng Nasionalisme
dan Penopang Persatuan

Pesantren dan Indonesia adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai fenomena sejarah. Pesantren adalah model pendidikan agama asli hasil akulturasi nlai-nilai budaya bangsa Indonesia dan Islam yang sangat mejunjung tinggi sikap nasionalisme kebangsaan. Kekhasan metode, asas, dan prinsip pendidikan pesantren Indonesia telah terbangun secara sistematis sejak zaman kolonial Belanda setelah era dakwah Islam periode awal oleh kalangan pedagang maupun pendatang Timur Tengah, Persia, India dan Gujarat. Peran pesantren bagi bangsa Indonesia telah terefleksikan dalam perjuangan bangsa mulai dari era perjuangan perebutan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan era pemerintahan berdaulat penuh. Sebagai benteng nasionalisme, pesantren hadir dan memberikan dukungan penuh bagi eksistensi NKRI, hal ini telah dibuktikan melalui pergulatan sejarah panjang perjuangan kehidupan bangsa. Pada masa kependudukan Belanda pesantren terus menolak dan menentang kolonialisme dengan melakukan perlawanan-perlawanan. Menurut Wahjoetomo upaya perlawanan pesantren terhadap penjajah dikategorikan menjadi 3 sikap yaitu dengan melakukan uzlah(menyendiri di tempat terpencil), perlawanan nonkooperatif(melawan secara diam-diam), dan melalui pemberontakan(perlawanan secara terang-terangan).
Nasionalisme santri dan kiai teramat jelas terlihat pada peristiwa perang 10 Nopember di Surabaya sebagai bentuk perlawanan rakyat atas kezaliman tentara sekutu yang hendak menguasai Indonesia lagi pasca proklamasi kemerdekaan. Pekik takbir yang digaungkan Bung Tomo saat itu benar-benar membakar semangat pejuang yang sebagian besar berasal dari kalangan pesantren untuk berperang mempertahankan kemerdekaan sebagai satu bentuk jihad fi sabilillah sebagaimana difatwakan oleh ulama kharismatik K.H. Hasyim Asy’ari melalu resolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945. Peran dan kontribusi pesantren bagi kehidupan berbangsa dan bernegara terus diuji pasca kemerdekaan, bahkan kesetiaan kaum sarungan ini terhadap NKRI mendapat tantangan semakin berat saat para pejuang harus melawan bangsanya sendiri dalam menghadapi pemberontakan demi pemberontakan pasca kemerdekaan mulai dari pemberontakan PRRI, Permesta, hingga bercucuran darah santri dan kiai melawan komunisme yang merupakan salah satu kekuatan besar orde lama pada saat itu. Benturan ideologis turut dirasakan manakala pesantren harus melawan pemberontakan kelompok DI/TII yang mengatasnamakan Islam demi menolak eksistensi NKRI, banyak santri yang menjadi korban perlawanan pemberontakan kelompok ini adalah santri pondok pesantren Cipasung pimpinan K.H. Ruhiat yang letaknya satu wilayah dengan basis pemberontakan DI/TII. Segala hal yang terkait dengan perjuangan dan keberhasilan pesantren dalam memperjuangkan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan merdeka tidak akan pernah terlepas dari campur tangan Allah SWT yang Maha Perkasa. Jika dianalisa secara logis, pertempuran demi pertempuran di masa perjuangan akan sangat mustahil dimenangkan oleh para pejuang yang hanya bersenjatakan bambu runcing dan peralatan seadanya melawan penjajah yang dilengkapi instrumen persenjataan canggih dan modern, namun kuasa Allah berkata lain, menurut pimpinan Pondok Pesantren Al-tsaqafah Jakarta, K.H. Said Aqil Sirodj kemenangan demi kemenangan kaum santri melawan penjajah adalah kehendak Allah, berkat doa, tirakat, tawakkal, dan ikhtiar perjuangan para ulama dan santri para penjajah diibaratkan ilang sirno kertaning bumi.

Prinsip dasar pesantren sebagai penopang persatuan bangsa adalah dengan memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas sebuah perbedaan. Hal ini merupakan sebuah kebulatan tekad yang tidak terbantahkan. Di dalam Alquran surat Alhujurat ayat 13 dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda jenis kelamin, suku dan bangsa agar mereka saling mengenal. Bagi kalangan pesantren kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan refleksi dalam dunia pesantren itu sendiri. Perbedaan pendapat dipandang sebagai hal yang lumrah, seringkali perbedaan pendapat ini diselesaikan melalui metode syawir atau musyawarah dan untuk hal-hal yang bersifat lebih ilmiah biasanya diangkat melalui forum bahtsul masail. Dalam beberapa kesempatan tokoh pesantren yang juga presiden keempat RI  K.H. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan sejarah dan anugrah yang diturunkan Tuhan bagi bangsa Indonesia. Dalam kacamata Gus Dur, bangsa Indonesia adalah sebuah realitas sejarah yang timbul akibat adanya pluralitas budaya yang harus sama-sama  disyukuri dan bukan kenyataan yang membuat perpecahan. Semangat persatuan nasional itu juga tercermin dari sikap K.H. Hasyim Asy’ari pendiri pesantren Tebu Ireng, Jombang. Sebagai salah satu ulama yang dihormati di tanah Jawa dan Madura, seringkali fatwa-fatwa dan ucapan sang kiai secara tegas dan lantang mendukung eksistensi Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan yang terdiri atas berbagai macam suku, agama, ras, dan golongan. Beliau dan segenap ulama pesantren lain tidak pernah menghendaki Indonesia dibangun menjadi sebuah negara yang berdasar atas satu agama, pemahaman ini bahkan dikukuhkan oleh kalangan pesantren melalui forum Muktamar Nahdlatul ‘Ulama di Banjarmasin tahun 1935 yang menelurkan sebuah sikap bersama bahwa Indonesia tidak harus menempatkan Islam sebagai sebuah ideologi negara akan tetapi umat Islam tetap wajib membela negaranya meskipun negaranya tidak berbentuk negara Islam. Sikap semacam ini bukan sebuah pengingkaran atas komitmen keislaman ulama pada waktu itu akan tetapi merupakan sebuah hasil perenungan panjang dan pemahaman konsep kenegaraan dalam Islam yang sama-sama didiskusikan oleh para ulama demi mencapai solusi terbaik bagi kemaslahatan umat Islam dan bangsa Indonesia. Bagi kalangan pesantren dasar argumen tersebut di ambil dari ijtima’ ulama yang menyatakan hukum mendirikan negara berlandaskan Islam adalah tidak wajib meskipun itu lebih baik. Pengakuan pesantren sebagai pelopor persatuan bangsa turut diamini oleh tokoh nasional Dr. Soetomo yang juga merupakan salah satu pendiri organisasi kebangkitan nasional Boedi Oetomo, beliau menyatakan bahwa pesantren merupakan konservatorium patriotisme dan nasionalisme Indonesia. Atas dasar semangat kebangsaan yang majemuk itulah kalangan pesantren berjuang sepenuh hati dan mengorbankan jiwa dan raga demi memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat persatuan yang dipelopori kaum pesantren juga diwujudkan pada saat pengesahan Piagam Jakarta yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan di mana di dalamnya terdapat tokoh-tokoh Islam seperti K.H. Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Mr. Mohammad Yamin. Bagi kalangan Islam saat itu penghapusan 7 kata dalam poin pertama Piagam Jakarta merupakan pengakuan yang utuh bagi kemajemukan bangsa Indonesia dan sumbangsih besar umat Islam dalam menegakkan dasar negara yang melindungi seluruh elemen bangsa. Komitmen kuat yang dibangun oleh para pemuka agama Islam yang sebagian besar adalah kaum pesantren pada saat itu begitu membekas dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh masyarakat sampai di lapisan akar rumput, bahkan hingga hari ini komitmen persatuan Indonesia yang dipelopori kaum pesantren semakin mantap dilaksanakan, hal ini diwujudkan dengan penerimaan organisasi-organisasi Islam yang terlahir bersamaan dengan masa-masa kemerdekaan seperti NU, Muhammadiyah, dan Persis yang telah menegaskan sikap untuk menerima asas tunggal dan dasar negara Pancasila sebagai ideologi nasional.
Upaya demi upaya pesantren dalam mempertahankan dan menjunjung tinggi persatuan nasional harus selalu diaktualisasikan dalam setiap sisi kehidupan berbangsa dan bernegara oleh generasi muda sebagai figur pengisi kemerdekaan. Para ulama dan santri telah membuktikan kesetiaannya terhadap bangsa dan akan terus berkomitmen menjadi salah satu basis kekuatan masyarakat dalam membela dan mempertahankan tanah air Indonesia. Sayangnya hingga saat ini apresiasi maupun pengakuan masyarakat dan negara atas upaya pesantren sebagai satu kekuatan penopang eksistensi NKRI belum mendapatkan ruang penghargaan yang cukup. Bagi sebagian masyarakat peran besar pesantren kurang dihargai, dan metode pendidikan pesantren masih dianggap ketinggalan zaman. Hal ini dibuktikan dengan semakin pesatnya pertambahan jumlah institusi pendidikan Islam yang mengadopsi sistem pendidikan luar negeri yang asas-asas nasionalismenya sangat kurang. Di bidang pengembangan pendidikan, keberpihakan institusi pendidikan formal sangat jauh dari pengakuan pesantren sebagai pelopor dan penggerak perjuangan kemerdekaan. Begitu banyak kisah perjuangan kalangan pesantren yang tak terungkap dalam buku pelajaran sejarah dan seolah-olah hilang dalam cerita masyarakat sehari-hari. Kenyataan ini tidak terlepas dari komitmen para ulama kebanyakan pada saat itu yang lebih memilih kembali ke pesantren setelah perang fisik mempertahankan kemerdekaan dan menolak untuk terjun ke dalam politik praktis, sikap ini banyak diambil oleh ulama pesantren seperti kiai Ahmad Shohibul Wafa pemipin pesantren Suryalaya, Tasikmalaya dan kiai Subki pemimpin Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing, Temanggung, serta banyak ulama lain yang ikhlas tidak mendapatkan penghargaan formal demi kembali berjuang dalam bidang pendidikan di pesantren. Semangat perjuangan kaum pesantren sudah sepantasnya kita aktualisasikan dalam mengisi alam kemerdekaan saat ini. Sebagai generasi penerus pembangunan jiwa patriotisme santri di masa perjuangan mestinya kita refleksikan dengan upaya-upaya memajukan kehidupan bangsa di segala sektor. Santri masa kini yang menurut data kemenag jumlahnya sekitar 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pondok pesantren di 33 propinsi di Indonesia harus mampu menjadi pribadi-pribadi penopang kemajuan dan pilar penyangga persatuan bangsa. Jumlah yang cukup besar tersebut adalah kekuatan potensial bagi tumbuh kembang generasi muda yang berbudi luhur, berakhlak mulia, dan berjiwa patriotik sehingga diharapkan permasalahan-permasalahan moral bangsa saat ini seperti perilaku KKN, disintegritas pejabat dan pemimpin, perilaku amoral dan segudang permasalahan lain dapat diantisipasi di masa depan. Jiwa nasionalisme yang kuat dan akar persatuan yang erat adalah modal paling berharga bagi sebuah bangsa untuk dapat menjadi negara yang maju di segala bidang. Tantangan bagi para santri ke depan adalah bagaimana mengoptimalkan potensi diri dalam menjalankan tugas sebagai generasi penerus pembangunan bangsa dengan tetap membumikan nilai-nilai keislaman dalam konstelasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin dinamis. Dalam berbagai kesempatan ceramah K.H. Ahmad Mustofa Bisri menyampaikan bahwa santri bukan sekedar orang-orang yang memakai peci, sorban, sarung, gamis atau baju koko, lebih jauh dari itu santri adalah orang yang memiliki adab dan perilaku akhlakul karimah sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab salaf. Jika orang tersebut berpenampilan layaknya santri tetapi tidak memiliki perilaku dan akhlak yang baik, dia tidak layak disebut santri. Akhlak dan sikap terpuji inilah yang mampu mengimbangi dan menanggulangi dampak negatif globalisasi modern yang mengikis akar budaya bangsa serta menciptakan pribadi yang unggul di sisi IPTEK dan diimbangi dengan karakter pribadi luhur berdasarkan IMTAQ. Tidak berlebihan kiranya apabila dikatakan solusi kemajuan bangsa masa depan adalah metode kultural pendidikan pesantren Indonesia yang berorientasi pada penanaman jiwa patriotik, pengembangan kompetensi SDM berdasarkan ilmu pengetahuan dan wawasan keislaman serta pribadi akhlakul karimah.

Naufal ‘Aziz Assyafiq
Cikarang, 5 Maret 2017







Rabu, 23 Desember 2015

Program Beasiswa Pelajar dan Mahasiswa PT Dataprint



Salam semangat Sahabat Dreamers!!!
Bagi sahabat yang ingin hunting beasiswa kuliah atau SMA, kabar gembira nih untuk kalian. Yupss, program CSR PT Dataprint siap membagikan 1000 beasiswa untuk kalian para pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Ada banyak kesempatan yang bisa kamu raih loh karena periode penerimaannya dibagi 2 gelombang, bukan cuma itu nominalnya juga dibagi 3 kategori mulai Rp250.000, Rp500.000, dan Rp1.000.000 per periode, jadi kemungkinan untuk lolos makin terbuka lebar. Nah boleh dicoba banget tuh buat kalian Sahabat Dreamers, jarang-jarang loh ada perusahaan yang concern dan peduli sama pendidikan dengan kosisten. Buat kalian yang penasaran dan pengin banget nyoba buat dapetin beasiswa dataprint silakan cek di www.beasiswadataprint.com lumayan banget kan buat kita para mahasiswa dan pelajar yang ingin nambah-nambah uang jajan atau beli buku, hehe. Sukses ya buat kalian semua sahabat dreamers. Cheriooooooo!!!!

Selasa, 01 Desember 2015

MEMBANGUN KARAKTER MAHASISWA SEBAGAI AGEN PEMBAHARU INDUSTRIALISASI

Mahasiswa tentunya harus menyadari bahwa dalam dirinya tersemat predikat generasi penerus pembangunan bangsa. Sebagaimana predikat tersebut memberikan konsekuensi tanggung jawab besar yang harus diupayakan semaksimal mungkin. Tanggung jawab yang besar tersebut mendorong mahasiswa agar senantiasa aktif memberikan kontribusinya kepada kemajuan bangsa, dalam hal ini upaya yang harus dilakukan adalah menjadi mahasiswa yang memiliki kepribadian kuat dan mencintai tanah airnya. Mahasiswa harus mengupayakan diri menjadi agen-agen pembaharu sebagai ujung tombak kemajuan pembangunan. Menurut Havelock Agen pembaharu adalah aktor utama dalam setiap upaya-upaya organisasi yang harus berperan sebagai pemimpin, fasilitator, negosiator, dan advisor. Agen pembaharu adalah sosok problem solver atas berbagai permasalahan bangsa termasuk di dalamnya adalah permasalahan produktivitas kegiatan ekonomi kita yang masih rendah dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap aktivitas ekonomi negara lain.
Indonesia adalah negara yang besar dari segi geografis dan memiliki penduduk terbanyak keempat di dunia yang pada saat disurvei terakhir kali oleh BPS mencapai 250 juta jiwa lebih. Dari 250 juta jiwa 27 % di antaranya adalah pemuda. Kuantitas SDM yang tinggi sepertinya belum sebanding dengan kualitasnya terbukti dengan presentase kemiskinan yang masih tinggi mencapai 13,33 % atau sekitar 31,02 juta penduduk miskin berdasarkan survey BPS tahun 2010. Hal ini turut mengetuk jiwa kita semua terlebih sebagai pemuda ternyata tanggung jawab kita di masa depan masih cukup berat untuk menuntaskan masalah kemiskinan dan keterbelakangan kualitas SDM. Sejak saat ini mahasiswa dan seluruh elemen jiwa muda harus bergerak aktif dan terencana untuk memperbaiki keadaan dan memberikan kontribusi yang maksimal bagi upaya pemecahan masalah tersebut. Sebagai agen pembaharu sudah semestinya saat ini mahasiswa senantiasa menyibukkan diri dalam upaya peningkatan wawasan ekonomi dan turut aktif serta partisipatif dalam upaya pengentasan kemiskinan masyarakat. Langkah konkrit yang bisa diupayakan adalah mulailah kita mencintai produk-produk asli karya anak negeri dengan menggunakan dan ikut mempromosikan produk asli Indonesia. Dalam upaya meningkatkan kemandirian ekonomi sendiri mahasiswa diharapkan agar mampu menjadi pendobrak teknologi yang selalu mengikuti arah kemajuan teknologi, melakukan pembaharuan di bidang teknologi dan memprioritaskan perkembangan teknologi sebagai solusi lemahnya daya saing produktivitas ekonomi. Pada era permulaan abad millenium sampai saat ini teknologi terbarukan telah mampu mendorong manusia memecahkan berbagai masalah global, oleh karena itu bangsa Indonesia harus semakin melek teknologi demi tercapainya kemandirian bangsa. Tren penguasaan teknologi kita yang semakin menuju arah positif harus dipertahankan dan selalu ditingkatkan agar mampu mengimbangi kemampuan teknologi bangsa lain. Meskipun secara umum kemampuan kita masih tertinggal setidaknya kita masih memiliki optimisme terlihat dengan makin eksisnya industri yang mengandalkan teknologi tinggi di negara kita yang mampu bersaing dengan negara lain seperti PT Pindad yang produk senjatanya tidak hanya digunakan oleh TNI namun juga diminati oleh tentara US Army dan negara-negara lain. Pada sisi peneletian dan pengembangan, baik lembaga riset atau lembaga pendidikan semakin aktif menyumbangkan hasil temuannya untuk menunjang kemandirian industri seperti kampus-kampus berbasis keilmuan teknologi yang mampu menghasilkan ribuan hasil riset dan pengembangan di setiap tahunnya yang harus selalu dipantau dan ditindaklanjuti pemerintah melalui Kemenristek Dikti. Masih banyak produk teknologi buatan anak negeri yang mesti kita lestarikan dan kembangkan untuk menunjang kemandirian ekonomi dan industrialisasi bangsa. Sudah saatnya kini untuk mencintai produk dalam negeri dan hal ini harus dipelopori oleh mahasiswa sebagai agen-agen pembaharu penerus pembangunan industri bangsa.
Berdasarkan kajian mendalam Havelock, maka untuk menjadi agen pembaharu industri mahasiswa harus berproses menjadi pribadi yang mampu memimpin dirinya sendiri dan orang lain untuk memgembangkan industri bangsa dengan ikut mencintai produk dalam negeri dan berada di garda terdepan dalam memajukan produk asli Indonesia. Kepemimpinan mahasiswa harus diupayakan sejak dini agar pada nantinya tercipta generasi-generasi pemuda yang berkualitas pemimipin bagi masa depan. Pemimpin ini harus mampu mengorganisasikan dirinya dan orang lain untuk mulai melakukan gerakan-gerakan pembaharuan. Upaya pembentukan mental pemimpin ini harus dilaksanakan secara integratif meliputi upaya pembinaan-pembinaan dalam hal pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan manajemen konflik. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk aktif dalam banyak kegiatan organisasi dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas pembentukan kepemimpinan yang lainnya seperti latihan dasar kepemimpinan dan lain-lain. Pemimpin dalam sebuah industri baik barang maupun jasa mesti berkarakter penganalisa dan risk taker karena pada nantinya pemimpin ini akan menjumpai tantangan bisnis yang dahsyat dan harus jatuh bangun menjalaninya. Kualitas pemimpin yang penuh integritas ini diharapkan akan mendorong kemajuan industri bangsa dalam memimpin lebih dari 250 juta masyarakat Indonesia menuju masyarakat sadar industri di masa depan. Pribadi pembaharu juga adalah pribadi yang mampu menempatkan dirinya sebagai seorang fasilitator yaitu figur mumpuni yang mampu menjembatani kepentingan berbagai pihak. Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi. Fasilitator adalah pribadi berpemikiran maju yang mampu menyumbangkan solusi cerdas dan menyumbangkan kontribusi yang optimal bagi bangsa. Sosok fasilitator ini sebagaimana dijelaskan oleh Sam Kaner(2007) harus memiliki keterampilan dalam hal memimpin sebuah pertemuan termasuk masalah ketepatan waktu, mengikuti agenda yang sudah disepakati, merangkum pembicaraan, menengahi pertentangan termasuk kemampuan yang lebih dalam mendengarkan. Fasilitator juga memiliki peran dalam segi peningkatan penggunaan teknologi penunjang kegiatan industri melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan sebagaimana seringkali produk-produk usaha terutama UKM mengalami permasalahan tersebut. Seiring makin kompleksnya aktivitas perindustrian kita akan sangat bergantung pada sosok-sosok fasilitator yang mampu menyehatkan iklim organisasi industri yang kompetitif, berdaya saing dan minim pertentangan.
Pribadi pembaharu juga merupakan sosok yang memiliki kekuatan dan kemampuan dalam perundingan atau negosiator handal. Melalui para negosiator ini industri kita akan di bawa menuju posisi tawar yang tinggi dalam mekanisme perdagangan. Mahasiswa kembali harus menempa diri untuk memahami arus birokrasi dan membina mental sebagai negosiator dengan peran aktif mereka dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitar. Mahasiswa harus aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan serta membaur dengan rakyat dalam hal ini membaur dengan lingkungan industri baik industri skala rumahan, industri kecil, menengah, bahkan besar agar mampu mempelajari hambatan-hambatan dan arus birokrasi usaha serta mengupayakan agar kegiatan industri mulai dari produksi, distribusi sampai konsumsi oleh konsumen dapat berjalan lancar tanpa harus mengikuti aturan perijinan maupun persyaratan yang tidak penting. Kekuatan negosiasi dalam industri sangat penting berkaitan dengan penyelesaian konflik dan konsensus yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Dengan semakin berkembangnya industri dunia serta perekonomian global akan sangat berdampak bagi kegiatan industrialisasi negara kita, melalui negosiator-negosiator ulung inilah harapan akan kerjasama ekonomi dan industri dengan negara lain yang saling menguntungkan kita tautkan agar bangsa Indonesia bukan lagi menjadi bangsa yang terbelakang dengan selalu mengandalkan produk bangsa lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan adanya perjanjian dagang internasional seperti AFTA, AEC, ACFTA yang mencakup wilayah regional Asia dan cepat atau lambat kita akan menghadapi perdagangan bebas dengan negara-negara Eropa maupun dunia internasional diharapkan Indonesia mampu mengambil manfaat bagi keberlangsungan industri dalam negeri sendiri sepert terciptanya transfer teknologi maju, lapangan kerja yang semakin luas, wilayah pemasaran yang semakin luas, daya saing manusia yang semakin kompetitif, dan produk dalam negeri yang semakin berkualitas.
Sosok agen pembaharu yang terakhir adalah seseorang berkriteria advisor yang mampu memberikan masukan dan pengarahan terhadap sebuah rangkaian sistem kerja agar prinsip utama dalam sistem tersebut dapat diarahkan menuju tujuan utama yang hendak dicapai. Seorang advisor adalah seseorang yang mampu mengarahkan sistem yang rusak menuju perbaikan dan mampu memotivasi orang-orang untuk bergerak mencapai tujuan. Sosok-sosok advisor perindustrian harus mampu memetakan permasalahan perindustrian kita dan mencari jalan keluar bagi permasalahan tersebut. Seorang mahasiswa harus mampu menjadi advisor yang dapat menggerakkan orang dengan kekuatan bicaranya. Advisor memiliki ketegasan dalam memberikan arahan dengan ditunjang oleh analisa yang kuat dan kesatuan perkataan serta perbuatan. Menjadi seorang advisor industri tentunya membutuhkan pengalaman dan wawasan industri yang luas. Mulai dari saat ini mahasiswa harus semakin mengepakkan sayap mengarungi cakrawala keilmuan industri yang luas mulai dari memahami manajemen perencanaan bahan sampai pelayanan purna jual. Seorang advisor harus memahami setiap detail rantai pasokan barang mulai barang mentah sampai produk akhir. Dalam prakteknya seorang advisor akan banyak berperan sebagai pemikir dan membagi tugas dengan leader terkait kebijakan yang akan di ambil dalam menjalankan roda kelangsungan industri. Negosiator akan membawa industri kita semakin maju dengan meningkatkan posisi tawar produk kita di mata dunia. Posisi tawar atau bargaining position sebuah produk akan sangat menentukan posisi produk di dalam suatu wilayah pemasaran. Melalui para negosiator ini nantinya industri kita diharapkan mampu mengeksplorasi pasar ekspor dunia, mendapat perlindungan hukum perdagangan internasional, dan membuka keran pasar perdagangan baru yang potensial.
Keempat kriteria agen pembaharu dalam uraian di atas adalah salah satu langkah konkrit yang dapat diterapkan oleh mahasiswa sebagai upaya memberikan kontribusi yang maksimal bagi terciptanya kemajuan industrialisasi dan kemandirian ekonomi bangsa agar tercipta masyarakat Indonesia yang sejahtera dan berorientasi industri teknologi tinggi demi masa depan serta cita-cita bangsa Indonesia mewujudkan kesejahteraan rakyat. Mahasiswa harus senantiasa berproses menjadi figur-figur pembaharu dalam bidang industri sebagaimana dikatakan oleh Mansyur Wiratmo(1995) bahwa dalam negara-negara yang berkembang seperti Indonesia  industrialisasi diperlukan agar negara bisa tumbuh dan berkembang secara cepat.